Malam ini hujan turun sangat deras. Ku buka jendela kamar, udara dingin pun langsung masuk menyapa tubuhku. Namun apalah artinya dari dinginnya udara dan sunyinya malam ini. Karena sesungunya dingin dan sunyi ini masih jauh kalah dengan dingin serta sunyinya hati ini. Suara jangkrik yang memekikkan telinga membuyarkan sunyinya malam seakan menggambarkan hatiku yang saat ini sedang tersiksa dan ingin berteriak tapi tak mampu.
Aku tidak tahu apakah keputusan ini sudah tepat atau tidak. Tapi aku berharap jika keputusan yang ku ambil itu adalah keputusan yang tepat baik bagiku, Selly maupun Mas Zarfa sendiri. Ku menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya secara berlahan”Ya aku harus mengambil keputusan ini, apapun resikonya nanti biarlah aku tanggung.”
Ya aku akan dan harus meninggalkan Mas Zarfa dan Selly hidup bahagia, aku tidak ingin bahtera rumah tangga yang mereka bangun dengan penuh cinta itu harus hancur berantakkan tanpa sisa hanya karena adanya aku. Biarlah cintaku ini seperti ini. Biarlah kasih sayangku tidak tersambut.
Besok aku akan pergi dan mencoba memulai kehidupan yang baru. Keputusaku meninggalkan Yogyakarta bukanlah perkara yang mudah, aku harus meninggalkan semua keluarga dan juga pekerjaanku. Besok di kota yang baru aku harus hidup sendiri tanpa keluarga dan aku harus memulai karier dari nol lagi. memang semua itu tidak mudah namun ini jalan terbaik yang harus aku ambil agar tidak ada satu keluarga yang hancur.
Hari ini langit begitu cerah, aku beranjak dari tempat tidurku, dan melirik jam di atas meja. Aku terperanjat jam menunjukkan pukul 06.00 wib. Kalau tidak segera mandi aku akan ketinggalan pesawat, apa lagi jika liburan seperti ini jalanan meski Yogyakarta masih tergolong kota kecil namun ramenya tidak kalah dengan kota Jakarta. Tak ku sangka jika pagi ini akan mejadi pagi terakhirku disini. Aku akan pergi ke negeri antah berantah dimana tak ada satu orangpun yang aku kenal disana.
“ Mbok semua barangku sudah dimasukkan kekoperkan? Jangan sampai ada yang tertinggal.”
“Sudah non,,”
TING TONG
“Mbok coba lihat siapa yang datang,,” wanita separuh baya yang ku panggil Mbok itu pun pergi ke depan untuk, melihat siapa yang datang. Dan tak lama kemudia dia pun sudah kembali lagi ke kamar.
“Siapa yang datang Mbok?”
“Mas Zarfa Non.” Aku yang sedang sibuk memasukkkan baju kekoperpun tersentak mendengar nama Mas Zarfa disebut Mbok Darmi.
“Yang benar Mbok?”
“Benar Non,,”
“Ah si Mbok jangan bercanda,,”
“Benar Non jika yang datang itu Mas Zarfa, terus katanya dia mau bertemu dengan Mbak,,”
Detak jantungku pun seakan berhenti berdetak saat Mbok Darmi bilang seperti itu. Kenapa Mas Zarfa datang kemari dan kenapa pula pagi-pagi seperti ini. Bukannya seharusnya jam segini dia berangkat ke kantor
“Mbok tolong, masukan baju-baju ku ini jangan sampai ada yang ketinggalan! Aku tinggal ke depan dulu.”
“Baik Non.”
Aku tak mengerti kenapa tiba-tiba saja kakiku ini sulit untuk aku langkahkan. Dengan hati berdebar kencang aku berjalan menuju ke ruang tamu, dengan perlahan ku turunin anak tangga satu persatu. Sesampainya di ruang tamu aku mendapati seorang pria sedang menatap fotoku. Begitu mempesonanya pria yang berada di depanku itu baik pula, wanita mana yang tak tertarik kepadanya.
“Hay, Mas ada perlu apa?” sepertinya Mas Zarfa terkejut.
“Maaf jika telah mengejutkan mu.”
“Tidak apa,,” Mas Zarfa pun kemudian duduk. Namun dia hanya diam saja tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, sampai kemenit 5 dia belum juga bicara. Aku sangat tersiksa suasana seperti ini. Terdengar beberapa kali dia menarik nafas panjang dan keras, seakan dia sedang mencari ketenangan dan mengumpulan keberanian untuk bicara kepadaku.
“Dea,”
“Iya Mas,,” akhirnya dia bicara juga.
“Dea, apa kamu tidak bisa membatalkan kepergiannmu, aku tiddak bisa jauh-jauh darimu, aku sangat mencintaimu, kamu pun begitukan, aku yakin kamu tidak bisa hidup tanpaku, Ayolah jujur pada dirimu sendiri Dea, aku mohon kamu jangan pergi.”
Tenggorokkanku sakit karena kering menahan tangis. Hatiku berkata”Sebenarnya sama Mas, aku pun juga tidak ingin kita berpisah, bahkan aku ingin menghabiskan sisa umurku bersama dirimu dan akupun juga sangat mencintaimu.
Tapi kita tetap harus berpisah karena cinta ini tak seharusnya ada dan cinta ini adalah sebuah kesalahan. Dan alangkah jahatnya diriku jika tetap disini dan berada diantara Mas Zarfa dan Selly. Aku tidak mungkin menyakiti hati sahabatku demi kebahagiaanku sendiri, hidupku tidak akan tenang hidup bahagia diatas penderitaan orang lain apa lagi orang itu adalah sahabatku sendiri.
Bersambung…